Tata Laksana Alergi Protein Susu Sapi

Tata Laksana Akurat adalah Kunci Dukung Tumbuh Kembang Anak.

Halaman Ini Dibuat Mengikuti Tata Laksana Alergi Susu Sapi Ikatan Dokter Anak Indonesia

Tata Laksana Alergi Susu Sapi

Dengan tata laksana yang akurat, kita bisa mendukung tumbuh kembang anak alergi protein susu sapi dengan lebih optimal.

Prinsip Utama

Dengan tata laksana yang akurat, kita bisa mendukung tumbuh kembang anak alergi protein susu sapi dengan lebih optimal.

ASI Tetap Pilihan Terbaik Pada Bayi Dengan Alergi Susu Sapi

Ibu Harus Eliminasi Protein Susu Sapi Dari Diet dan Diberi Suplementasi Kalsium Jika Diperlukan

Bayi dengan ASI eksklusif yang alergi susu sapi, ibu dapat melanjutkan pemberian ASI dengan menghindari protein susu sapi dan produk turunannya pada makanan sehari-hari. Suplementasi kalsium perlu dipertimbangkan pada ibu menyusui yang membatasi protein susu sapi dan produk turunannya.2

Mengenal Formula Hipoalergenik

Susu hipoalergenik adalah susu yang tidak menimbulkan reaksi alergi pada 90% bayi/anak dengan diagnosis alergi susu sapi bila dilakukan uji klinis tersamar ganda dengan interval kepercayaan 95%.2

Formula Hipoalergenik Berbasis Protein Hewani3

Protein Utuh

Formula Susu Sapi

Peptida Besar

Formula Partial Hydrolized Formula (pHF)

Peptida Kecil

Formula Extensive Hydrolized Formula (eHF)

Asam Amino

Formula Asam Amino

Formula Hipoalergenik Berbasis Protein Nabati

Formula Soya Direkomendasi oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia Sebagai Formula Hipoalergenik Alternatif

Pada tinjauan pustaka sistematis dan meta-analisis yang dilakukan oleh Vandenplas dan rekan (2014), dilaporkan bahwa “Tidak ada perbedaan signifikan dalam hal parameter pertumbuhan/antropometri pada bayi yang memperoleh formula isolat kedelai dibandingkan dengan jenis formula lain.”  Selain itu, tidak juga dijumpai adanya perbedaan bermakna pada penanda imunitas serta fungsi neurokognitif pada bayi yang mengonsumsi formula.4

Tabel Rekomendasi Formula Hipoalergenik10,12,21,22

Pada bayi dengan ASI eksklusif maka eliminasi protein susu sapi dari diet ibu selama 2-4 minggu lalu perlahan dikenalkan kembali. Pemberian ASI dapat diteruskan dan ibu harus menghindari susu sapi dan produk turunannya pada makanan sehari-hari hingga bayi berusia 9-12 bulan atau minimal selama 6 bulan. Pada bayi yang tidak mendapatkan ASI karena adanya kondisi medis, sehingga mengkonsumsi susu formula maka susu formula berbahan dasar susu sapi dapat diganti dengan susu terhidrolisat ekstensif (eHF). Formula susu terhidrolisat ekstensif (eHF) merupakan susu hipoalergenik yang dianjurkan pada alergi susu sapi dengan gejala klinis ringan atau sedang.

Apabila anak dengan alergi susu sapi dengan gejala klinis ringan atau sedang tidak mengalami perbaikan dengan susu terhidrolisat ekstensif, maka dapat diganti menjadi formula asam amino (AA). Pada anak dengan alergi susu sapi dengan gejala klinis berat dianjurkan untuk mengonsumsi formula asam amino. Apabila pemberian susu eHF atau formula AA terdapat kendala biaya atau tidak tersedia maka formula soya dapat diberikan.2
 
Penggunaan formula pHF juga cukup efektif biaya dalam mencegah atopi dibandingkan susu formula sapi standar. Tidak terdapat bukti bahwa pHF berbahaya bagi bayi cukup bulan yang sehat sehingga penggunaan pHF dapat dipertimbangkan pemberiannya pada bayi.5

Nutricia Professional Ada Untuk Tenaga Kesehatan Dalam Diagnosis dan Penanganan Alergi Protein Susu Sapi

1. Vandenplas Y, Brueton M, Dupont C, Hill D, Isolauri E, Koletzko S, et al. Guidelines for the diagnosis and management of cow’s milk protein allergy in infants. Archives of disease in childhood. 2007;92(10):902-8.

2. Indonesia IDAI. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia: Diagnosis dan Tata Laksana Alergi Susu Sapi. Jakarta: IDAI. 2014.

3. Lobato-van Esch E. Cow's milk allergy: avoidance versus tolerance: new concepts for allergy management: Utrecht University; 2011.

4. Vandenplas Y, Castrellon PG, Rivas R, Gutiérrez CJ, Garcia LD, Jimenez JE, et al. Safety of soya-based infant formulas in children. British journal of nutrition. 2014;111(8):1340-60.

5. Vandenplas Y, Munasir Z, Hegar B, Kumarawati D, Suryawan A, Kadim M, et al. A perspective on partially hydrolyzed protein infant formula in nonexclusively breastfed infants. Korean journal of pediatrics. 2019;62(5):149.