Diare

Diare adalah buang air besar sebanyak 3x atau lebih dengan feses yang cair per hari, atau lebih sering daripada biasanya. Di negara berkembang, diare merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak. Selain menyebabkan kematian, diare pada anak juga menyebabkan malnutrisi dan gangguan perkembangan kognitif. Ketahui faktor-faktor risiko diare pada anak, tanda dan gejala dehidrasi, serta penanganan yang tepat agar diare dapat segera diatasi.

Penyakit diare adalah penyebab kematian kedua pada anak-anak di bawah usia lima tahun, dan bertanggung jawab atas kematian sekitar 525.000 anak setiap tahun. 1 Prevalensi diare pada balita di Indonesia mencapai 11% pada tahun 2018. 2 Diare adalah buang air besar sebanyak 3x atau lebih dengan feses yang encer atau cair per hari, atau frekuensinya lebih sering daripada normal pada individu. 2,3  Diare biasanya merupakan gejala infeksi saluran cerna, yang dapat disebabkan oleh berbagai organisme bakteri, virus dan parasit. Infeksi menyebar melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi, atau dari orang ke orang sebagai akibat dari kebersihan yang buruk. Selain menyebabkan kematian, diare pada anak juga menyebabkan gangguan pertumbuhan, malnutrisi dan gangguan perkembangan kognitif. 4

Selama terjadi diare, tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit secara cepat melalui tinja cair, muntahan, keringat, urin dan pernapasan.  Pada saat yang bersamaan, usus akan kehilangan kemampuannya untuk menyerap cairan dan elektrolit. 1,4  Dehidrasi terjadi ketika cairan yang hilang tidak tergantikan. 1
Patogen asing seperti bakteri, virus dan protozoa dapat mempengaruhi fisiologi manusia tidak hanya dengan melakukan aktivitas pencernaan dan metabolisme tetapi juga dengan memodulasi sawar epitel dan fungsi inang imun, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kaitan ini, mikrobiota berperan penting dalam perlindungan dan kolonisasi resistensi terhadap patogen asing. Mikrobiota memiliki efek menguntungkan dan potensi antipatogen pada usus orang dewasa, tetapi mikrobiota bahkan lebih penting di awal kehidupan, ketika sistem kekebalan masih belum matang. 5

Salah satu fungsi utama mikrobiota adalah melindungi dari kolonisasi patogen dan mencegah pertumbuhan berlebih komunitas mikroba yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, interaksi langsung antara bakteri komensal dan patogen, seperti persaingan yang ditetapkan untuk nutrisi dan tempat perlekatan, merupakan halangan pertama yang dihadapi patogen ketika masuk ke dalam usus. Peran senyawa prebiotik dalam hal ini secara tidak langsung menggunakan aktivitas anti-infeksi dengan merangsang komposisi dan/atau aktivitas dari bakteri komensal yang ditemukan di usus (mekanisme yang bergantung pada mikrobiota), yang akhirnya menghasilkan beragam efek yang memberi resistensi kolonisasi yang lebih tinggi pada inang. 5

Beberapa penelitian yang dilakukan dalam model in vitro telah menunjukkan kemampuan prebiotik untuk meniru situs adhesi sel inang, sehingga menghambat adhesi patogen ke sel epitel yang dibiakkan di laboratorium, seperti Caco-2, T84, HT-29, dll. Seperti kasus galaktooligosakarida (GOS), yang telah terbukti menghambat adhesi bakteri E. coli ke sel HEp-2 dan Caco-2, dan oligosakarida pektik (POS) di sel HT-29. Beberapa prebiotik lain juga menunjukkan beberapa aktivitas anti-adhesi tetapi pada tingkat yang lebih rendah, seperti laktulosa, inulin, rafinosa, galaktosa, raftilosa, dan fruktooligosakarida (FOS). 5

Selain itu, kemampuan untuk mengurangi inektivitas virus-virus patogen seperti rotavirus dan norovirus juga telah didemonstrasikan. Efek pengikatan prebiotik-rotavirus telah dijelaskan melalui blocking assay, terutama untuk campuran GOS / FOS. Di masa kanak-kanak, suplementasi dengan FOS menunjukkan penurunan gejala diare seperti perut kembung, muntah, dan demam, dan tingkat keparahan yang lebih rendah. Sebaliknya, tidak ada perbedaan insiden infeksi yang terdeteksi dalam studi suplementasi dengan GOS. Namun, ketika menggabungkan GOS dan FOS dengan proporsi 9: 1, efek  mencegah dan mengurangi jumlah infeksi jelas terlihat.  Penelitian lain menggunakan 80% GOS / FOS dan 20% AOS, menemukan kecenderungan kejadian infeksi serius yang lebih rendah pada bayi prematur, meskipun tidak ada efek klinis yang signifikan terlihat pada bayi cukup bulan. 5

Untuk mencegah gangguan sistem pencernaan, menjaga kesehatan usus perlu dilakukan sejak awal kehidupan. Kunci penting dalam mencegah diare terdiri atas; akses ke air minum yang aman; penggunaan sanitasi yang lebih baik; mencuci tangan dengan sabun; pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan; kebersihan pribadi dan asupan makanan yang baik; pendidikan kesehatan tentang bagaimana infeksi menyebar; dan vaksinasi rotavirus. 1

Artikel Diare