
Peran ASI dalam Menurunkan Risiko Alergi Si Kecil




Pendahuluan
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada awal kehidupan berkorelasi kuat dengan peningkatan kelangsungan hidup bayi dan penurunan risiko penyakit. World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan dan dapat diberikan hingga usia dua tahun.1 (hal 7, 9) ASI memiliki banyak manfaat, selain sumber nutrisi, ASI juga mengandung zat kekebalan tubuh yang berguna bagi bayi. Selain itu, ikatan antara ibu dan anak yang terbangun dengan menyusui dapat mendukung tumbuh kembang anak yang optimal.1 (hal 9)
ASI mengandung banyak komponen yang berhubungan dengan imunitas, di antara lain: secretory immunoglobulin A, leukosit (limfosit B, makrofag, neutrofil, limfosit T), oligosakarida, faktor bifidus, lisozim, laktoferin, interferon-gamma, nukleotida, dan sitokin.2 (hal S21) Lebih dari 2600 protein berbeda terkandung dalam ASI. Protein utama dalam ASI meliputi kasein, α-laktalbumin, laktoferin, secretory immunoglobulin IgA, lisozim, dan albumin serum yang disintesis pada jaringan mammae.3 (hal 1312)
Keseimbangan Mikrobiota pada ASI
Komposisi ASI dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan neonatus, dimana ASI, terutama kolostrum, memberikan imunitas pasif dan dapat secara aktif merangsang perkembangan imunitas pada neonatus agar mukosa tetap terlindungi meskipun ASI dihentikan. Komponen ASI pada saat awal kehidupan memiliki efek antiinflamasi terhadap respons inflamasi yang berlebihan, seperti transforming growth factor (TGF)-β, interleukin (IL)-10, eritropoietin, dan laktoferin.4 (hal S3)
Pada dasarnya, semua neonatus mengalami defisiensi sIgA saat lahir. SIgA merupakan kandungan protein dengan persentase tertinggi dalam ASI. Antibodi sIgA spesifik ditujukan untuk melawan mikroba dan antigen pada lingkungan ibu dan bayi.4 (hal S2) Dengan demikian, saat neonatus mencerna kolostrum, antibodi yang terkandung di dalamnya dapat berperan dalam mengikat patogen pada traktus gastrointestinal dan menghambat masuknya patogen ke dalam jaringan tubuh. Laktoferin berperan dalam mengikat besi bebas, sehingga menghilangkan substrat penting yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri. Laktoferin juga berikatan dengan lipopolisakarida pada dinding sel bakteri dan membentuk peroksida yang mempengaruhi permeabilitas membran bakteri dan mengakibatkan lisis sel dan kematian bakteri.3 (hal 1312-1313)
Pada fase kolostral, ASI mengandung banyak CD14 yang memungkinkan traktus intestinal imatur merespons invasi patogen. Oligosakarida pada ASI tidak dapat dicerna, tetapi memiliki fungsi protektif pasif dan juga secara aktif merangsang kolonisasi bakteri yang diperlukan untuk aktivasi pertahanan intestinal neonatus. Oligosakarida akan masuk ke usus besar dan difermentasi oleh koloni bakteri hingga memproduksi asam lemak rantai pendek dan produk fermentasi. Oligosakarida juga berperan dalam pembentukan lingkungan asam di lumen usus, proliferasi bakteri pelindung, seperti Bifidobacteria dan Lactobacilli, serta membantu merangsang perkembangan pertahanan tubuh. Selain efek bifidogenik dari oligosakarida, peptida dari protein ASI yang dicerna juga dapat merangsang proliferasi bakteri protektif yang dapat menstimulasi produksi sIgA dan perkembangan toleransi oral.4 (hal S4) Epitel intestinal pada neonatus bersifat imatur, sehingga sulit membedakan antara bakteri patogen dan kolonisasi komensal. Hal ini menyebabkan insidensi necrotizing enterocolitis yang tinggi pada bayi prematur.4 (hal S5)
Hunt et al., melaporkan bakteri pada ASI sangat beragam dan kompleks.5 (hal 6) Pada sampel ASI yang dikultur secara aerob pada media agar darah pada 24 dan 48 jam, teridentifikasi bakteri Staphylococci koagulase positif atau negatif, Streptococcus, Corynebacterium, dan coliforms pada isolate tersebut.5 (hal 5)
Claud et al., melaporkan bahwa beberapa protein (TGF- β, eritropoietin, dan IL-10) yang ditemukan dalam ASI dapat mengurangi respons inflamasi yang berlebihan (IL-8), ketika diinkubasi dalam enterosit janin manusia (sel H4). Selain itu, hidrokortison dalam kolostrum dapat mengurangi respons IL-8 pada enterosit janin.4 (hal S5)
Paparan Antigen Potensial
Kolonisasi pada intestinal neonatus yang tidak tepat atau dysbiosis, akan menunda proses pembentukan imunitas, meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, serta mengganggu homeostasis imunitas yang akan memicu terjadinya penyakit autoimun dan metabolik. Bayi prematur atau bayi yang lahir melalui operasi caesar akan mengalami gangguan fase I kolonisasi yang berasal dari kulit ibu atau mikrobiota di ruangan NICU, sehingga menyebabkan keseimbangan bakteri menjadi sangat berkurang.6 (hal 220)
Bakteri pada intestinal dapat menstimulasi elemen limfoid dan perkembangan mikrovili, serta mengaktivasi pelepasan musin dari sel epitel goblet untuk membentuk glikokaliks sebagai barrier fisik dan antibakteri. Selain itu, bakteri intestinal merangsang sel epitel dan sel Paneth untuk melepaskan peptida antibakteri ke dalam glikokaliks dan lumen untuk mengatur komposisi koloni bakteri intestinal (Gambar 1). 6 (hal 221)
Gambar 1. Barrier sel epitel intestinal.6 (hal 222)
Pada tahap perkembangan imunitas mukosa, ASI memberikan faktor perlindungan pasif, seperti pIgA, peptida antibakteri (defensin), dan komponen dari respon imun bawaan (soluble TLR-2 dan 4, CD14 dan MD2). Faktor pasif ini memungkinkan neonatus melindungi dirinya dari invasi.6 (hal 226)
Menyusui, terutama pada minggu pertama neonates, dapat merangsang proliferasi berbagai strain Bifidobacteria. Selain itu, ASI juga mempengaruhi mikroorganisme lainnya, seperti Lactobacillus, Bacteroides, dan Clostridia yang terbukti penting bagi neonatus untuk mengaktifkan fungsi imunologi, seperti toleransi imun, produksi mukus, ekspresi tight junction, dan keseimbangan sel T-helper yang diperlukan oleh intestinal imatur untuk mempertahankan homeostasis barrier mukosa.6 (hal 224) ASI mengandung mikroorganisme yang pada awalnya dianggap berasal dari kontaminasi mikroba di kulit areola ibu atau dari bakteri yang ada di mulut bayi. Mikroorganisme dari intestinal ibu dapat bermigrasi melalui peningkatan permeabilitas intestinal karena efek hormonal pada tight-junction enterosit, dari trimester akhir kehamilan ke tahap awal menyusui. Bakteri intestinal yang bermigrasi ditelan oleh sel limfoid kemudian disekresikan melalui ASI. Meskipun mikroba intestinal ibu dalam jumlah sedikit, mereka mungkin merupakan inokulum lain untuk kolonisasi intestinal, terutama dengan adanya oligosakarida pada ASI yang bertindak sebagai prebiotik.6 (hal 226)
Komposisi dan Nutrisi ASI Secara Alami Melatih Respon Imunitas si Kecil
Pada bayi yang diberikan ASI, usus bayi akan bersifat asam dengan pH 5,0 dan mengandung asam lemak rantai pendek yang melimpah, terutama asam laktat, sedangkan pada bayi yang diberi susu formula, kandungan ususnya lebih basa dengan pH 7,1 dan memiliki kadar asam lemak rantai pendek yang lebih rendah. Pada penelitian selanjutnya, kandungan oligosakarida yang tinggi pada ASI mempengaruhi lingkungan intestinal dan merangsang aktivasi Bifidobacteria. Observasi yang dilakukan selama dua dekade terakhir telah menunjukkan bahwa ASI, terutama oligosakarida, mempengaruhi komposisi mikroba intestinal dan homeostasis imunitas. Istilah prebiotik digunakan untuk menggambarkan efek ini.6 (hal 224)
Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang bila diberikan dalam jumlah yang cukup memberikan manfaat kesehatan pada host. Mikrobiota pada anak-anak dengan alergi memiliki perbedaan terhadap anak-anak yang tidak alergi selama satu tahun pertama kehidupan. Bayi alergi memiliki jumlah clostridia dan S. aureus lebih banyak, tetapi enterococci dan bifidobacteria lebih sedikit dibandingkan dengan anak nonalergi. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan komposisi mikrobiota intestinal antara bayi yang akan memiliki alergi dan yang tidak akan memiliki alergi dapat dibuktikan sebelum munculnya manifestasi klinis atopik.7 (hal 1124)
Kesimpulan
ASI merupakan sumber nutrisi protektif yang esensial untuk neonatus karena selain memberikan perlindungan pasif untuk imunitas mukosa yang imatur, ASI juga dapat secara aktif merangsang perkembangan pertahanan tubuh neonatus.4 (hal S6) Kolonisasi awal penting bagi kesehatan bayi karena memberikan perlindungan pada bayi yang diberi ASI.6 (hal 226) Suplementasi strain bakteri tertentu pada wanita hamil dan bayi dikatakan aman dan dapat ditoleransi dengan baik.7 (hal 1126) Pemberian ASI saat memperkenalkan makanan padat juga bermanfaat karena ASI dapat memberikan efek toleransi dan mengurangi potensi alergenisitas dari paparan yang bervariasi.3 (hal 1317)
Hanya untuk kalangan Medis
** ASI adalah Nutrisi terbaik
REFERENSI
- World Health Organzation. Infants and young child feeding: A tool for assessing national practices, policies and programmes [Internet]. 2003 [cited 23 September 2020]. Available from: https://www.who.int/nutrition/publications/infantfeeding/9241562544/en/
- Michaelsen KF. Breastfeeding and infant immune system. Gesundheitswesen, 2008;70(Suppl 1):S20-S21.
- Jeurink PV, Knipping K, Wiens F, Barańska K, Stahl B, et al. Importance of maternal diet in the training of the infant's immune system during gestation and lactation. Crit Rev Food Sci Nutr. 2018;59(8):1311-1319.
- Walker AJ. Breast milk as the gold standard for protective nutrients. J Pediatr. 2010;156(2):S3-S7.
- Hunt KM, Foster JA, Larry J. Forney LJ, et al. Characterization of the Diversity and Temporal Stability of Bacterial Communities in Human Milk. PLos One. 2011;6(6):e21313.
- Walker WA, Lyengar SR. Breast milk, microbiota and intestinal immune homeostatsis. Pediatr Res. 2015;77(1):220-228.
- Bergmann H, Rodrı´guez JM, Salminen S, Szajewska H. Probiotics in human milk and probiotic supplementation in infant nutrition: a workshop report. Br J Nutr. 2014;112:1119-1128.